MELEK MEDIA - MEDIA LITERACY - TAWARAN SOLUSI

Memperdebatkan RPM Konten Multimedia ini memang akan makan energi. Baiklah, di satu sisi kita tahu internet berbahaya, terutama bagi anak-anak/remaja di bawah umur, bahkan berbahaya bagi orang dewasa di Indonesia (karena asumsinya mereka tidak benar-benar dewasa). Karena ada konten yang berbahaya, tidak berarti seluruh internet jahat, sehingga harus diblokir segala khan? Cara seperti itu hanya mengambarkan cara-cara fasis yang memberangus apa saja yang dianggap "salah" dan menyimpang.

Memang cara lainnya, harus diakui bukan cara yang gampang dan cepat. Cara lainnya adalah mendidik warga (para pengguna) untuk menjadi cerdas, dan menjadi melek media. Inipun harus berangkat dari kesadaran, mengenai kondisi literasi masyarakat kita dewasa ini. Orang yang melek media, paling tidak memiliki 5 kompetensi;

(1) Access/Akses. Kompetensi pertama yang penting dalam melek media, mampu mengakses informasi. Akses dalam hal ini bukan sekedar langganan internet, koran, majalah, atau bisa nonton televisi di rumah sendiri, tapi dalam arti yang lebih luas lagi, yaitu "menangkap" isinya. Ketika warga negara bisa mengakses informasi, berarti ia mampu mengumpulkan informasi yang relevan dan bermanfaat, serta mampu memaknainya secara efektif. Mereka akan memiliki kemampuan:

  • mengenali dan memahami kosa kata (verbal & visual) yang jutaan jumlahnya, simbol-simbol visual, dan beragam teknik komunikasi;
  • mengembangkan strategi untuk memilah & menentukan sumber informasi;
  • memilih dan memilah informasi yang dianggap berguna bagi dirinya.

(2) Analyze/Menganalisa. Kompetensi berikutnya adalah kemampuan menganalisa struktur pesan, yang dikemas dalam media, mendayagunakan konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan untuk memahami konteks dalam pesan pada media tertentu. Misalnya, mampu mendayagunakan informasi di media massa untuk membandingkan pernyataan-pernyataan pejabat publik, dengan dasar teori sesuai ranah keilmuannya. Kompetensi lainnya bisa diperiksa dengan kata kerja seperti, membedakan, mengenali kesalahan, menginterpretasi, dsb.

(3) Evaluate/Menilai. Setelah mampu menganalisa, maka kompetensi berikutnya yang diperlukan adalah membuat penilaian (evaluasi). Seseorang yang mampu menilai, artinya ia mampu menghubungkan informasi yang ada di media massa itu dengan kondisi dirinya, dan membuat penilaian mengenai keakuratan, dan kualitas relevansi informasi itu dengan dirinya; apakah informasi itu sangat penting, biasa, atau basi. Tentu saja kemampuan dalam menilai sebuah informasi itu dikemas dengan baik atau tidak, juga adalah bagian dari kompetensinya. Di sini, terjadi membandingkan norma dan nilai sosial terhadap isi yang dihadapi dari media.

(4) Create/Mencipta. Menciptakan pesan, yang dimaksud adalah mampu berkomunikasi dengan baik. Ketika berkomunikasi, seseorang 'mengkode' pesan (encoding), kemudian dikemas sedemikian rupa, sehingga kemudian dibongkar kode itu (decoding) oleh para penerima pesan. Format pesan saat ini sudah berkembang dengan pesat, sehingga tidak saja dalam bentuk teks, tetapi juga rupa, rungu, dan/atau keduanya.

(5) Participate/Aktif Terlibat. Ketika seseorang sudah aktif terlibat dalam proses komunikasi multi arah, maka ia akan terlibat dan berinteraksi dengan banyak pihak lain secara terus menerus. Hubungan ini akan melahirkan jejaring, kolaborasi, dan kerjasama saling menguntungkan dalam hal penyebaran informasi.

Memberitakan jalan yang macet, menjadi peristiwa penting bagi pengguna jalan yang akan melewati jalan tersebut. Semakin banyak sumber beritanya, semakin memudahkan orang lain mendapat akses atas informasi itu. Meskipun kita tahu penyebaran informasi yang terjadi bisa juga seputar perdagangan narkoba, atau trafficking.

Sampai di titik ini, kita akan kembali ke tahapan awal mengenai akses. Artinya, lingkaran proses ini harus berjalan secara konsisten, dalam sebuah system yang tertutup, supaya tingkat melek media warga kita semakin tinggi. Menerima informasi saja tidak cukup, perlu kemampuan mencermati, memilah, menilai, dan mengemasnya kembali, hingga kemudian menyebarkannya kepada pihak lain yang lebih luas.

Kalau belajar dari negara lain, ini saya co-pas kan cara menjadi CyberNanny. Ini semacam kemampuan untuk mengendalikan terpaan media (internet) terhadap khalayak yang belum melek media. Yang patut digarisbawahi, ini adalah inisiatif masyarakat, dilakukan oleh masyarakat, dan bisa bekerjasama dengan pemerintah jika perlu.

Become a Cyber Nanny at Home

  1. Step1

    Invest in a home version of computer monitoring software. These programs are sometimes called Cyber-sitters. When you install them on the computer, you decide what types of websites are acceptable for use. If you have multiple children, find a program that has username and passwords, so each child can have his own security level. Consider choosing a program with automatic notification when questionable websites are accessed. The notification will either be sent via text message, email or automated phone call.

  2. Step2

    Position the computer in a public place. Ideally, the computer should be located in the room where you and your family spend the most time. Make sure that there aren't obstructions between where you usually sit and the computer screen. When your child is on the computer, watch what is going on. You don't have to watch every second but, check on it often.

  3. Step3

    Lock the computer so your child has to ask you to get on it. This ensures that you know whenever your son or daughter is surfing the web. Change the password once per month to alleviate the chance that your child figures out the password.

  4. Step4

    Check the history of visited websites. If your child is old enough and sneaky enough to delete the history, go through the Temporary Internet Files. While this won't tell you the exact websites viewed, it will show you pictures and some documents that were accessed.

Become a Professional Cyber Nanny

  1. Step1

    Visit the FBI website (see Resources). This is where the agency posts all of its open job opportunities. Create an account on the website in order to apply for any open jobs.

  2. Step2

    Locate an opening within the Cyber Division. This area of the FBI contains agents who go online disguised as teenagers and children, interacting with others on sites that attract large amounts of kids. These FBI agents search out and apprehend predators who are also trolling the same sites looking for victims. Although they are not called cyber nannies, these agents do patrol the websites keeping children safe from predators. For those looking for an occupation as a cyber nanny, this is the perfect occupation.

  3. Step3

    If you don't see any openings on the FBI site, check back often, as new jobs are added every day. Also, consider making yourself available to relocate. This will eliminate the need to find a job in your area.

  4. Step4

    Apply for the job following the instructions directly. Each specific job has different requirements for applying. Some of them require documents to be faxed, and others require a visit to the local FBI office.

Bagi Anda yang sudah melek media, bisa memulai dengan berbagi apa yang bisa dilakukan, tips apa yang ada di internet yang bisa dibagikan, perangkat lunak apa saja yang bisa digunakan dan bagaimana cara menggunakannya. Seperti yang disinggung juga oleh Depkominfo, tentang internet sehat, dan proyek Nawala. Menolak campur tangan pemerintah yang terlalu dalam, sama dengan mempertanyakan komitmen kita sebagai warga negara untuk aktif terlibat mengatasinya.[conscientizacao]

Sumber: Tulisan saya sendiri di publikana.com & di medialiterasi.co.cc, yang disarikan dari medialit.org, dan tambahan sana-sini. Tentang Cyber Nanny dari sini: How to Become a Cyber Nanny